Sedikit Harapan Akan Terwujudnya 'Haiti Baru'
Alun-alun Champs de Mars yang berada di tengah-tengah kota Port au Prince adalah sebuah simbol. Setahun setelah gempa bumi, hampir tidak ada yang berubah disini. Istana presiden yang runtuh masih belum dibangun kembali. Champ de Mars sendiri menjadi semacam kamp bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal. Tenda dan gubuk-gubuk sederhana tampak dimana-mana. Reynold, salah seorang diantara para pengungsi. Ia sudah tinggal disana selama satu tahun sejak gempa terjadi. "Kami tidak punya makanan, di dalam tenda panas dan kami tidak punya pekerjaan. Sejak gempa bumi, kami hidup dalam derita dan kami hampir tidak mendapat apa-apa dari bantuan internasional."
Di jalanan sekitar kamp yang berlubang, kendaraan bantuan internasional sulit untuk bisa bergerak. Macet dimana-mana. Ini kendaraan dari 12 ribu anggota pasukan helm biru dan polisi yang berada di Haiti. Misi di negara ini adalah salah satu misi PBB terbesar di seluruh dunia. Ditambah lagi kendaraan dengan stiker organisasi bantuan lainnya. Seperti misalnya, Palang Merah, organisasi Jerman Welthungerhilfe, dan kelompok kristen dari Amerika Serikat. Port au Prince telah berubah menjadi kota internasional. Nigel Fischer adalah pimpinan bantuan kemanusiaan PBB di Haiti. Ia menegaskan, bahwa banyak yang telah dicapai sejak gempa terjadi. "Menurut saya, bantuan darurat awal cukup berhasil. Tiga bulan setelah gempa ada 1,5 juta orang di kamp. Disana mereka mendapat bantuan air, obat-obatan dan kakus juga tersedia. Sukses yang lain juga adalah tidak adanya kerusuhan yang terjadi."
Tetapi pembangunan kembali adalah hal yang berbeda. Hampir tidak ada kemajuan yang tampak. Masih ada lebih dari satu juga orang yang tinggal di kamp pengungsi. Sebagian besar rumah yang runtuh belum berdiri kembali. Di banyak kota muncul masalah kebersihan. Sampah menumpuk dan bau urin tercium keras. Kondisi yang ideal untuk penyebaran kolera. 150 ribu orang terjangkit penyakit kolera, 3500 meninggal karenanya. Bantuan internasional di Haiti seperti tidak memiliki perencanaan dan koordinasi yang jelas. Ben Smilovits dari Disaster Accountability Project berusaha mengawasi organisasi-organisasi bantuan besar dari Amerika Serikat. Ia melihat kesalahan juga ada pada mereka. "Tidak masuk akal berapa banyak organisasi yang ada diisni. Beberapa bahkan tidak terdaftar. Dan begitu banyak kelompok yang mengatakan, bahwa mereka mengurus masalah air dan kakus. Tetapi kolera hanya bisa tersebar jika kurangnya air bersih dan kakus. Menurut saya, organisasi donor besar bertanggung jawab atas situasi ini."
Sebaliknya, banyak relawan internasional yang menyalahkan pemerintah Haiti. Korupsi, tidak adanya keputusan pasti, dan kekacauan politik. Para pengungsi di kamp Champ de Mars bersiap untuk tetap berada disana untuk beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun ke depan. Bantuan darurat setelah gempa bumi memang berhasil mencegah terjadinya hal yang lebih buruk, tetapi masih banyak korban gempa yang hanya memiliki sedikit harapan akan masa depan yang lebih baik.
Martin Polansky / Vidi Legowo-Zipperer
Editor : Hendra Pasuhuk