Yasi Terjang Pesisir Timur Laut Australia
Warga Cairns yang berlindung di sebuah aula olahraga
Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Warga Cairns yang berlindung di sebuah aula olahraga
Kekuatan badai Yasi telah menurun hingga menjadi kategori satu, namun PM Australia Julia Gillard tetap menghimbau warga untuk waspada. Tidak ada laporan korban jiwa, namun jaringan listrik dan komunikasi masih terputus.
Australia menyuarakan rasa lega dan terkejut setelah salah satu badai terkuat di dunia menyapu pesisir Timur Laut negeri kangguru hari Kamis (03/02) dini hari. Tidak ada laporan korban jiwa, meski banyak atap rumah dan pohon yang terbawa angin. "Meski laporan masih terlalu dini dan kasar untuk sejumlah wilayah, namun dalam tahapan ini tampaknya belum ada korban jiwa akibat badai Yasi. Tapi saya ingin mengulangi peringatan Perdana Menteri Queensland Anna Bligh, bahwa bahaya masih berlanjut," dikatakan Perdana Menteri Australia Julia Gillard
Kota yang mengalami kerusakan paling parah adalah Tully dan Cardwell. Kota-kota kecil dengan rumah-rumah tua. Jalan menuju Tully banjir, dan atap-atap rumah mengapung di atas genangan air. Sekitar 90 persen jalanan di Tully rusak parah. Badai juga melumpuhkan jaringan listrik dan komunikasi. Listrik padam di hampir 200 ribu rumah.
Gambar udara Cardwell menunjukkan rumah-rumah tanpa atap, gereja hancur, dan kota penuh lumpur yang terbawa air laut. Di pelabuhan Hinchinbrook, terlihat tumpukan puluhan kapal mewah, sementara marina yang menjadi tempat mereka biasa berlabuh, kosong melompong.
Menteri Layanan Darurat Queensland Neil Roberts mengungkapkan kesulitan yang dihadapi tim penyelamat dalam menjangkau warga di wilayah-wilayah terparah, "Ada masalah jaringan transmisi di wilayah-wilayah tersebut. Masalah lainnya lagi adalah kerusakan tadi harus diperiksa secara langsung dan pada saat ini masih sulit untuk menerbangkan helikopter ke sana. Jadi butuh waktu hingga listrik kembali nyala. Dan bisa memakan waktu berminggu-minggu."
Yasi termasuk badai kategori lima yang sebanding dengan badai Katrina yang meratakan kota New Orleans di Amerika Serikat tahun 2005. Hari Kamis (03/02), kategori Yasi menurun hingga kategori satu ketika bergerak menuju kota pertambangan Mount Isa.
Kekuatan Yasi melebihi badai Tracy yang menghajar Darwin tahun 1974 dan menewaskan 71 orang. Namun kali ini, korban jiwa dan kerusakan parah berhasil dihindari berkat persiapan berhari-hari, evakuasi dini, aturan bagi bangunan baru yang antibadai, dan ombak yang datang bersama Yasi tidak sebesar prediksi sebelumnya.
Badai Yasi yang luasnya kurang lebih sebesar Italia dengan kekuatan angin mencapai 300 kilometer perjam tidak menghajar area padat penduduk, namun memporakporandakan perkebunan pisang dan tebu.
Dampak terbesar justru dialami perekonomian Australia sebagai eksportir bahan baku gula terbesar ke tiga di dunia. Harga gula dunia pun menjadi paling mahal dalam tiga dekade. Industri pertambangan juga terancam merugi karena harus ditutup hingga badai berlalu. Queensland memproduksi 90 persen dari ekspor batubara bahan baku baja Australia.
Carissa Paramita/rtr/dpa/afp
Editor: Hendra PasuhukAustralia menyuarakan rasa lega dan terkejut setelah salah satu badai terkuat di dunia menyapu pesisir Timur Laut negeri kangguru hari Kamis (03/02) dini hari. Tidak ada laporan korban jiwa, meski banyak atap rumah dan pohon yang terbawa angin. "Meski laporan masih terlalu dini dan kasar untuk sejumlah wilayah, namun dalam tahapan ini tampaknya belum ada korban jiwa akibat badai Yasi. Tapi saya ingin mengulangi peringatan Perdana Menteri Queensland Anna Bligh, bahwa bahaya masih berlanjut," dikatakan Perdana Menteri Australia Julia Gillard
Kota yang mengalami kerusakan paling parah adalah Tully dan Cardwell. Kota-kota kecil dengan rumah-rumah tua. Jalan menuju Tully banjir, dan atap-atap rumah mengapung di atas genangan air. Sekitar 90 persen jalanan di Tully rusak parah. Badai juga melumpuhkan jaringan listrik dan komunikasi. Listrik padam di hampir 200 ribu rumah.
Gambar udara Cardwell menunjukkan rumah-rumah tanpa atap, gereja hancur, dan kota penuh lumpur yang terbawa air laut. Di pelabuhan Hinchinbrook, terlihat tumpukan puluhan kapal mewah, sementara marina yang menjadi tempat mereka biasa berlabuh, kosong melompong.
Menteri Layanan Darurat Queensland Neil Roberts mengungkapkan kesulitan yang dihadapi tim penyelamat dalam menjangkau warga di wilayah-wilayah terparah, "Ada masalah jaringan transmisi di wilayah-wilayah tersebut. Masalah lainnya lagi adalah kerusakan tadi harus diperiksa secara langsung dan pada saat ini masih sulit untuk menerbangkan helikopter ke sana. Jadi butuh waktu hingga listrik kembali nyala. Dan bisa memakan waktu berminggu-minggu."
Yasi termasuk badai kategori lima yang sebanding dengan badai Katrina yang meratakan kota New Orleans di Amerika Serikat tahun 2005. Hari Kamis (03/02), kategori Yasi menurun hingga kategori satu ketika bergerak menuju kota pertambangan Mount Isa.
Kekuatan Yasi melebihi badai Tracy yang menghajar Darwin tahun 1974 dan menewaskan 71 orang. Namun kali ini, korban jiwa dan kerusakan parah berhasil dihindari berkat persiapan berhari-hari, evakuasi dini, aturan bagi bangunan baru yang antibadai, dan ombak yang datang bersama Yasi tidak sebesar prediksi sebelumnya.
Badai Yasi yang luasnya kurang lebih sebesar Italia dengan kekuatan angin mencapai 300 kilometer perjam tidak menghajar area padat penduduk, namun memporakporandakan perkebunan pisang dan tebu.
Dampak terbesar justru dialami perekonomian Australia sebagai eksportir bahan baku gula terbesar ke tiga di dunia. Harga gula dunia pun menjadi paling mahal dalam tiga dekade. Industri pertambangan juga terancam merugi karena harus ditutup hingga badai berlalu. Queensland memproduksi 90 persen dari ekspor batubara bahan baku baja Australia.
Carissa Paramita/rtr/dpa/afp
Editor: Hendra Pasuhuk
http://www.dw-world.de/dw/article/0,,14814563,00.html
Yasi Terjang Pesisir Timur Laut Australia
Jumat, 04 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar